Sabtu, 11 Juli 2009

Me

Ijinkanlah

Ijinkanlah sayang tumpahkan roh bunga

Yang lama tertanam dalam asa

Asa yang jauh dalam jiwa

Jiwapun bisu dalam berkata-kata

Ijinkanlah sayang tolak pahit

Sekedar datangnya manis madu

Madu terekam jelas dipita ingat

Pita terlalu cepat untuk maju

Ijinkanlah sayang merindukanmu

Tanpa teman, angin, kopi dan rokokku

Semua terbuka oleh file-filemu

Tentang sejarah kau dan aku

Ijinkanlah sayang sekedar meminta

Lamongan tentang winko babatmu

Yang tetap terinyang madu 22

22 Desember awal dan ciptamu

Sekuntum bunga ditaman surgawi

SC akan file-file kita selalu

Akankah bunga liliku tetap mekar

Akankah aromanya wangi segar

Akankah terganggu kumbang berjajar

Jangan gugur bunga liliku yang segar

Tuhan dengan asa bunga liliku engkau

Pagar dengan tembok besar cina

Dari kumbang-kumbang

Ijinkanlah dengar jiwa

Jiwa menahan rindu tak terbendung

Dan raungan jagat raya

Menggelegarkan harapan

Federation language Development Institution, 030105

Nafas tubuhmu

Hidupku telah ternodai olehmu yang terdalam

Masak aku harus berotakkan dalam penaku

Oh terlalu hina aku berharp dalam

Aroma nafas tubuh wahai sahabat

Federation language Development Institution, 030105

Malang I am in love

Ijikanlah hamba ini menumpahkan segala isi hati ini yang telah lama mengendap di dasar yang paling dalam

Kadang memang kita tidak bisa menolak kenangan pahit, tidak pula kita mengharapkan yang manis. Itu semua terekam sangat jelas di dalam pita-pita memori ingatan kita.

Ketika kita termenung seorang diri, tanpa teman, tanpa angin, tanpa kopi dan rokok. Teringat akan segala kenangan-kenangan, kembali terbuka file-file yang tersimpan. Tentang sahabat, tempat, kejadian-kejadian yang sudah terlewati.

Oh…Lamongan kota yang selama ini aku hanya tahu tentang winko babatnya, menyimpan setitik madu kenangan yang…yang sampai saat ini tetap segar, 21 desember awal segala sesuatu bermula dan tercipta.

Sekuntum bungan lili yang sedang mekar di taman surgawi. SC (school centre), akan aku ingat selalu.

Akankah bunga liliku tetap mekar? Menyebarkan aroma semerbak mewangi? Ataukah liliku telah layu, gugur ke tanah karena di jarah habis-habisan oleh kumbang yang fuck shit!

Oh tuhan dengan ini hamba berharap, semoga bungan hamba tetap mekar dan terhindar dari kumbang itu. Terjaga dengan pagar-pagar sebesar tembok Cina. Amin

Akankah kau mendengar keluhan jiwa ini? Yang telah lama menahan rindu-rindu yang tak terbendung dengan raungan-raungan yang menggelegarkan jagat raya ini.

Aku berharap begitu

Malang, 020105; 03,00 am; Chairul rosi.

Ke“teater”an*

Teater adalah suatu peristiwa kesenian sebagai sebuah peristiwa, teater tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat penonton. Untuk berinteraksi menikmati sajian artistik panggung dan estetika pemanggungnya. Ketika teater sudah dihadirkan akan menghasilkan apresiasi interpretsi yang beragam.

Teater bukanlah sejarah, seperti juga contoh kesenian lainnya, lakon yang dihadirkan terkadang juga menjadikan representasi dari masalah yang tengah dihadapi. Meskipun tidak selalu demikian siratan-siratan yang muncul melalui dialog, lewat kata-kata yang disajikan, bahasa tubuh, tidaklah lepas begitu saja dari aspek masyarakatnya (realis). Karakter yang dibangun lewat tokoh-tokohnya, bisa menjadi pembacaan pada masalah sosial seperti sekarang ini.

Teater merupakan capaian tertinggi dari kesustraan. Setidaknya hal ini berlaku dimasyarakat Mesir. Ia (teater) hadir sebagai sastra, seni rupa, musik dan seni gerak atau tari. Dan kekuatan sastra adalah kata-kata, tutur cerita, lewat bangunan imajinasinya.

Mengembalikan teater pada kata. Ia (teater) hendak memberikan penawaran pada intensitas denyut kehidupan kita. Bukan dengan berita atau peristiwa kemanusiaan. Teater bisa memberikan kemungkinan-kemungkinan di luar kenyataan-kenyataan sehari-hari.

Lalu dimanakah teater dapat/bisa mengambil pesan? Renungan-renungan dari bahasa tubuh dan kata-kata akan mudah memberikan kesadaran baru lagi kenyataan yang kita hadapi bersama. Tidak mudah dilakukan misalnya dengan keseriusan, keaktifan peminat atau pelaku seni untuk menangkap makna-maknanya.

*Muftia Nurul Purna Sari (Tia “Bubby æ”) Teater Tair, cicak, KSP2B (Komunitas seni Pelajar Pemuda babat); Malang 251204

Hii Pujangga…!

Mungkin aku tak bisa memainkan kata-kata seperti dirimu aku hanya bisa berpijar pada duniaku. Dunia yang selalu nyata … yang selalu sesuai dengan kata hati. Sebernya aku tak tau apa yang yanggg harus aku tulis pada kertas ini. Aku hanya menuangkan dan mengikuti segala isi hati. Jadi jika nanti kata-kataku ada yang yang kurang berkenan, MAAFKAN!

Dear Ervan … !

Setiap orang mempunyai hak untuk mencintai dan di cinta begitupun aku, aku tak melarang untuk dicinta begitu pula sebaliknya aku tak bisa dilarang/dipaksa untuk mencinta. Biarkan saja rasa yang memilih, karena sebuah perasaan itu tidak bisa dipaksa.

Mungkin benar jika cinta datang tak satupun yang mengelaknya, cinta datang kapan dan dimana saja. Sebab cinta memang tak mengenal ruang dan waktu. Sebab demikian, kita tak bisa menyalahkan siapapun.

Kawan!

Aku tak mau menjadi duri dalam hidupmu ataupun pembawa luka dalam jiwa dan hatimu, mulai sekarang aku ingin melihat senyum tulus dari seorang sahabat, senyum tanpa paksaan yang terbias di kedua sudut bibirmu. Jadi biarkan aku bangun kembali museum senyummu yang telah tanpa sengaja aku runtuhkan, dengan benang biru yang akan merajut sebuah ikatan baru, ikatan yang lebih berati dan tak kalah eratnya dengan cinta yaitu: PERSAHABATAN!

Biaralah hanya rasa itu yang tumbuh dan berkembang dalam hati dan jiwa ini. Dan mampu mengobati luka hatimu dan menyapu kegersangan yang yang bersarang didalamnya.

Yakinlah kawan!!!

“sebuah persahabatan yang sejati akan lebih berarti daripada kata-kata yang tidak pasti”.

Aku hanya bisa berpesan

“jangan sampai kita dikendalikan dan diperbudak oleh cinta, tapi sebalikanya, kita yang harus bisa mengendalikan dan memperudak cinta’.

Oya! Satu lagi.

Aku tidak keberatan jika aku dijadikan penyemangatmu terutama dalam kuliahmu, malah dengan sangat senang hati. Dan maaf … telah membuatku masuk dalam kehidupanmu.