Ijinkanlah
Ijinkanlah sayang tumpahkan roh bunga
Yang lama tertanam dalam asa
Asa yang jauh dalam jiwa
Jiwapun bisu dalam berkata-kata
Ijinkanlah sayang tolak pahit
Sekedar datangnya manis madu
Madu terekam jelas dipita ingat
Pita terlalu cepat untuk maju
Ijinkanlah sayang merindukanmu
Tanpa teman, angin, kopi dan rokokku
Semua terbuka oleh file-filemu
Tentang sejarah kau dan aku
Ijinkanlah sayang sekedar meminta
Lamongan tentang winko babatmu
Yang tetap terinyang madu 22
22 Desember awal dan ciptamu
Sekuntum bunga ditaman surgawi
SC akan file-file kita selalu
Akankah bunga liliku tetap mekar
Akankah aromanya wangi segar
Akankah terganggu kumbang berjajar
Jangan gugur bunga liliku yang segar
Tuhan dengan asa bunga liliku engkau
Pagar dengan tembok besar cina
Dari kumbang-kumbang
Ijinkanlah dengar jiwa
Jiwa menahan rindu tak terbendung
Dan raungan jagat raya
Menggelegarkan harapan
Federation language Development Institution, 030105
Nafas tubuhmu
Hidupku telah ternodai olehmu yang terdalam
Masak aku harus berotakkan dalam penaku
Oh terlalu hina aku berharp dalam
Aroma nafas tubuh wahai sahabat
Federation language Development Institution, 030105
Ijikanlah hamba ini menumpahkan segala isi hati ini yang telah lama mengendap di dasar yang paling dalam
Kadang memang kita tidak bisa menolak kenangan pahit, tidak pula kita mengharapkan yang manis. Itu semua terekam sangat jelas di dalam pita-pita memori ingatan kita.
Ketika kita termenung seorang diri, tanpa teman, tanpa angin, tanpa kopi dan rokok. Teringat akan segala kenangan-kenangan, kembali terbuka file-file yang tersimpan. Tentang sahabat, tempat, kejadian-kejadian yang sudah terlewati.
Oh…Lamongan
Sekuntum bungan lili yang sedang mekar di taman surgawi. SC (school centre), akan aku ingat selalu.
Akankah bunga liliku tetap mekar? Menyebarkan aroma semerbak mewangi? Ataukah liliku telah layu, gugur ke tanah karena di jarah habis-habisan oleh kumbang yang fuck shit!
Oh tuhan dengan ini hamba berharap, semoga bungan hamba tetap mekar dan terhindar dari kumbang itu. Terjaga dengan pagar-pagar sebesar tembok Cina. Amin
Akankah kau mendengar keluhan jiwa ini? Yang telah lama menahan rindu-rindu yang tak terbendung dengan raungan-raungan yang menggelegarkan jagat raya ini.
Aku berharap begitu
Malang, 020105; 03,00 am; Chairul rosi.
Ke“teater”an*
Teater adalah suatu peristiwa kesenian sebagai sebuah peristiwa, teater tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat penonton. Untuk berinteraksi menikmati sajian artistik panggung dan estetika pemanggungnya. Ketika teater sudah dihadirkan akan menghasilkan apresiasi interpretsi yang beragam.
Teater bukanlah sejarah, seperti juga contoh kesenian lainnya, lakon yang dihadirkan terkadang juga menjadikan representasi dari masalah yang tengah dihadapi. Meskipun tidak selalu demikian siratan-siratan yang muncul melalui dialog, lewat kata-kata yang disajikan, bahasa tubuh, tidaklah lepas begitu saja dari aspek masyarakatnya (realis). Karakter yang dibangun lewat tokoh-tokohnya, bisa menjadi pembacaan pada masalah sosial seperti sekarang ini.
Teater merupakan capaian tertinggi dari kesustraan. Setidaknya hal ini berlaku dimasyarakat Mesir. Ia (teater) hadir sebagai sastra, seni rupa, musik dan seni gerak atau tari. Dan kekuatan sastra adalah kata-kata, tutur cerita, lewat bangunan imajinasinya.
Mengembalikan teater pada kata. Ia (teater) hendak memberikan penawaran pada intensitas denyut kehidupan kita. Bukan dengan berita atau peristiwa kemanusiaan. Teater bisa memberikan kemungkinan-kemungkinan di luar kenyataan-kenyataan sehari-hari.
Lalu dimanakah teater dapat/bisa mengambil pesan? Renungan-renungan dari bahasa tubuh dan kata-kata akan mudah memberikan kesadaran baru lagi kenyataan yang kita hadapi bersama. Tidak mudah dilakukan misalnya dengan keseriusan, keaktifan peminat atau pelaku seni untuk menangkap makna-maknanya.
*Muftia Nurul Purna Sari (Tia “Bubby æ”) Teater Tair, cicak, KSP2B (Komunitas seni Pelajar Pemuda babat);
Hii Pujangga…!
Mungkin aku tak bisa memainkan kata-kata seperti dirimu aku hanya bisa berpijar pada duniaku. Dunia yang selalu nyata … yang selalu sesuai dengan kata hati. Sebernya aku tak tau apa yang yanggg harus aku tulis pada kertas ini. Aku hanya menuangkan dan mengikuti segala isi hati. Jadi jika nanti kata-kataku ada yang yang kurang berkenan, MAAFKAN!
Dear Ervan … !
Setiap orang mempunyai hak untuk mencintai dan di cinta begitupun aku, aku tak melarang untuk dicinta begitu pula sebaliknya aku tak bisa dilarang/dipaksa untuk mencinta. Biarkan saja rasa yang memilih, karena sebuah perasaan itu tidak bisa dipaksa.
Mungkin benar jika cinta datang tak satupun yang mengelaknya, cinta datang kapan dan dimana saja. Sebab cinta memang tak mengenal ruang dan waktu. Sebab demikian, kita tak bisa menyalahkan siapapun.
Kawan!
Aku tak mau menjadi duri dalam hidupmu ataupun pembawa luka dalam jiwa dan hatimu, mulai sekarang aku ingin melihat senyum tulus dari seorang sahabat, senyum tanpa paksaan yang terbias di kedua sudut bibirmu. Jadi biarkan aku bangun kembali museum senyummu yang telah tanpa sengaja aku runtuhkan, dengan benang biru yang akan merajut sebuah ikatan baru, ikatan yang lebih berati dan tak kalah eratnya dengan cinta yaitu: PERSAHABATAN!
Biaralah hanya rasa itu yang tumbuh dan berkembang dalam hati dan jiwa ini. Dan mampu mengobati luka hatimu dan menyapu kegersangan yang yang bersarang didalamnya.
Yakinlah kawan!!!
“sebuah persahabatan yang sejati akan lebih berarti daripada kata-kata yang tidak pasti”.
Aku hanya bisa berpesan
“jangan sampai kita dikendalikan dan diperbudak oleh cinta, tapi sebalikanya, kita yang harus bisa mengendalikan dan memperudak cinta’.
Oya! Satu lagi.
Aku tidak keberatan jika aku dijadikan penyemangatmu terutama dalam kuliahmu, malah dengan sangat senang hati. Dan maaf … telah membuatku masuk dalam kehidupanmu.